Apakah Konsep Diri?
Siapakah
saya? Apakah saya? Jawaban yang kita berikan terhadap kedua pertanyaan ini
mengandung konsep-diri, yang terdiri dari:
1.
Citra-diri
(self-image). Bagian ini merupkan deskripsi sederhana; misalnya, saya seorang
pelajar, saya seorang kakak, saya seorang pemain bulutangkis dan sebagainya.
2.
Harga-diri
(self esteem). Bagian ini meliputi suatu penilaian, suatu perkraan, mengenai
pantas-diri(self worth); misalnya saya peramah, saya agak pandai, dan
sebagainya.
Pada
mulanya bayi yang baru saja dilahirkan tidak dapat membedakan Antara dirinya
sendiri dengan objek-objek fisik lain. Namun pada enam bulan pertama, sementara
dia mengembangkan pemikiran mengenai objek-objek yang ada, dia juga mulai
melihat bahwa dirinya berbeda dari keadaan lingkungannya. Konsep diri mungkin
sering berubah sedikit selama masa kecil, namun di salam kebudayaan kita
konsep-diri ini sering menjadi masalah khusus selama masa remaja. Pada kedua
masa itulah tubuh kita berubah secara mendadak sehingga mengubah citra diri dan
merupakan saat bagi pengambilan keputusan mengenai kepribadian kita dalam
rangka mengatasi berbagai pertanyaan, seperti misalna pemiliha karier.
Reaksi dari orang lain
Pada tahun 1902, C.H. Cooley membuktikan bahwa dengan
mengamati pencerminan perilaku kita terhadap respon orang lain kita dapat
mempelajari diri kita sendiri ini disebut juga dengan looking-glass self.
Pertama, kita akan membayangkan bagaimana kita tampak pada orang lain; kita
melihat sekilas diri kta seperti dalam cermin. Misalnya kita merasa wajah kita
jelek. Kedua, kita membayangkan bagaimana orang lain menilai penampilan kita.
Kita pikir mereka menganggap kita tidak menarik. Ketiga, kita mengalami
perasaan bangga atau kecewa; orang mungkin merasa sedih atau malu.
Dengan mengamati diri kita , sampailah kita pada
gambaran dan penilaian diri kita. Ini disebut Konsep Diri. William James
membedakan antara “The I”, diri kita yang sadar dan aktif dan “The Me”, diri
yang menjadi objek renungan kita.
Lalu, apa yang disebut konsep diri? William D. Brooks
mendefinisikan konsep diri sebagai pandangan dan perasaan kita tentang diri
kita. Persepsi ini boleh bersifat psikologi, sosial, dan fisis. Konsep diri
bukan hanya sekedar gambaran deskriptif, tetapi juga penilaian Anda tentang
diri anda. Jadi, konsep diri meliputi apa yang anda pikirkan dan apa yang anda
rasakan tentang diri anda.
Konsep diri terbentuk dalam waktu yang lama, dan
pembentukan ini tidak dapat diartikan bahwa adanya reaki yang tidak biasa dari
seseorang akan dapat mengubah konsep-diri. Akan tetapi, apabila tipe reaksi
seperti ini sangat sering terjadi, atau apabila reaksi ini muncul karena reaksi
seperti sering terjadi, atau apabila reaksi ini muncul karena orang lain yang
memiliki arti (significant others) yaitu orang-orang yang kita nilai, seperti misalnya orang tua,
teman, dan lain-lain maka reaksi ini mungkin berpengaruh terhadap konsep diri.
Jadi, jatidiri (identity) orang lain yang dapat mempengaruhi konsep-diri
seseorang akan tergantung kepada aspek tertentu mana yang akan membangkitkan
respon.
Pembandingan
dengan Orang lain
Konsep-diri kita sangat tergantung kepada cara
bagaimana kita membandingkan diri kita dengan orang lain. Orang-orang dewasa
umumnya membuat perbandingan antara kakak dan adik; rata-rata seorang anak akan
menganggap dirinya sebagai yang kurang pandai karena secara terus menerus
membandingkan dirinya dengan salah
seorang saudaranya yang lebih pandai.
Jadi, bagian-bagian dari konsep-diri dapat berubah
cukup cepat didalam suasana sosial. Misalnya, seseorang mungkin berpikir bahwa
dirinya masih muda pada saat dia bekerja bersama-sama dengan orang lain yang
lebih tua, namun tiba-tiba merasa tua ketika dia berpindah pekerjaannya dan
berkumpul dengan orang-orang yang hampir semuanya lebih muda darinya.
Peranan
seseorang
Setiap orang, seperti yang telah kita bahas, memainkan
peran yang berbeda-beda. Di dalam setiap peran tersebut dia diharapkan akan
melakukan perbuatan dengan cara-cara
tertentu. Jadi, harapan-harapan dan pengalaman-pengalaman yang berkaitan
dengan peran yang berbeda mngkin berpengaruh terhadap konsep-diri seseorang.
Pada tahun 1960 M.Kuhn menunjukkan bahwa orang-orang
menggabungkan lebih banyak peran kedalam konsep-diri mereka sejalan dengan
pertumbuhan mereka. Subjek penelitiannya diminta merespons atas pertanyaan,
“siapakah saya?”, dari dua puluh pertanyaan yang tersedia . dia menemukan bahwa
seorang anak yang berusia tujuh tahuna hanya merespon sekitar lima pertanyaan
yang berkaitan dengan peran anak tersebut, sedangkan para mahasiswa merespons
dua kali lebih banyak dari jumlah peran anak tersebut.
Identifikasi
terhadap orang lain
Kalau anak-anak khususnya mengagumi seorang dewasa,
mereka sering kali mencoba menjadi pengikut orang dewasa tersebut, dengan cara
meniru beberapa nilai, keyakinan, dan perbuatan. Proses identifikasi ini
menyebabkan anak-anak tersebut merasakan bahwa mereka telah memiliki beberapa
sifat dari orang yang dikagumi. Proses identifikasi ini mungkin merupakan
penjelasan bagi temuan Coopersmith, yaitu bahwa anak-anak yang memiliki
harga-diri yang tinggi biasanya memiliki orang tua yang juga memiliki
harga-diri yang tinggi.
Faktor-faktor
yang Mempengaruhi Konsep Diri
1. Orang lain
Harry Stack Sullivan menjelaskan bahwa jika kita
diterima orang lain, dihormati, dan disenangi karena keadaan diri kita, kita
akan cenderung bersikap menghormati dan menerima diri kta. Sebaliknya, bila
orang lain selalu meremehkan kita, menyalahkan kita dan menolak kta, kita akan
cenderung tidak akan menyenangi kita.
Tetapi tidak semua orang lain mempunyai pengaruh yang
sama terhadap kita. Ada yang paling berpengaruh, yaitu orang-orang yang paling
dekat dengan kita. George Herbert Mead menyebutkan mereka significant others
atau orang lain yang sangat penting. Richard Dewey dan W.J. Humber menamainya
affective others yaitu orang lain yang dengan mereka kita mempunyai ikatan
emosional
2. Kelompok
Rujukan
Dalam pergaulan bermasyarakat, kita pasti menjadi
anggota berbagai kelompok. Ada kelompok yang secara emosional mengikat kita,
dan berpengaruh dalam pembentukan konsep diri kita. Ini disebut kelompok
rujukan. Dengan melihat kelompok ini, orang mengarahkan perilakunya dan
menyesuaikan dirinya dengan ciri-ciri kelompoknya.
Pengaruh
Konsep Diri pada Komunikasi Interpersonal
1. Nubuat yang
dipengaruhi sendiri
Konsep diri merupakan faktor yang sangat menentukan
dalam komunikasi interpersonal, karena setiap orang bertingkah laku sedapat
mungkin sesuai dengan konsep dirinya. Bila seorang mahasiswa menganggap dirinya
sebagai orang yang rajin, ia akan berusaha mengahadiri kuliah secara teratur,
membuat catatan yang baik, mempelajari kuliah dengan sungguh-sungguh, sehingga
memperolah nilai akademis yang baik.
Kecenderungan untuk bertingkah laku sesuai dengan
konsep diri disebut nubuat yang dipenuhi sendiri. Sukses komunikasi
interpersonal banyak bergantung pada kualitas konsep-diri anda; positif atau
negatif. Menurut William D. Brooks dan Philip Emmert ada lima tanda orang yang
memiliki konsep diri negatif:
1) Ia peka
pada kritik
2) Responsif
sekali terhadap pujian
3) Hiperkritis
4) Cenderung
merasa tidak disenangi orang lain
5) Bersikap
pesimis terhadap kompetitor
Sebaliknya, orang yang memiliki konsep diri positif
ditandai dengan lima hal:
1) Ia yakin
akan kemampuannya dengan orang lain
2) ia merasa
setara dengan orang lain
3) ia menerima
pujian tanpa rasa malu
4) ia
menyadari bahwa setiap orang mempunyai berbagai perasaan, keinginan dan
perilaku yang tidak seluruhnya disetujui masyarakat
5) ia mampu
memperbaiki dirinya karena ia sanggup mengungkapkan aspek-aspek kepribadian
yang tidak disenanginya dan berusaha mengubahnya.
2. Membuka
Diri
Pengetahuan tentang diri akan meningkatkan komunikasi,
dan pada saat yang sama, berkomuniasi dengan orang lain meningkatkan
pengetahuan tentang diri kita. Dengan mebuka diri , konsep-diri menjadi lebih
dekat pada kenyataan. Bila konsep-diri sesuai dengan pengalaman kita, kita akan
lebih terbuka untuk menerima pengalaman-pengalaman dan gagasan-gagasan baru,
lebih cenderung menghindari sikap defensif dan lebih cermat memandang diri kita
dan orang lain.
3. Percaya
Diri
Ketakutan utuk melakukan komunikasi dikenal sebagai
communication apprenhension. Orang yang aprehensif dalam komunikasi, akan menarik diri dari
pergaulan. Bila kemudian ia terpaksa berkomunikasi, sering pembicaraannya tidak
relevan. Tentu tidak semua aprehensi komunikasi disebabkan kurangnya percaya
diri; tetapi diantara berbagai faktor, percaya diri adalah yang aling
menentukan.
4. Selektivitas
Kalau konsep diri anda negatif, anda cenderung
mempersepsi hanya reaksi-reaksi yang negaif pada diri anda. Bila anda merasa
diri anda sebagai orang bodoh, anda tidak akan memperhatikan penghargaan orang
pada karya-karya anda. Sebaliknya anda memperbesar kritik orang pada anda. Ini
pengaruh konsep diri pada persepsi selektif. Tetapi konsep diri bukan sekedar
mempengaruhi persepsi; ia juga mempengaruhi yang kita ingat atau ingatan
selektif. Kita juga dapat menambahkan satu lagi yaitu penyandian selektif.
Penyandian adalah proses penyusunan lambang-lambang sebagai terjemahan dari apa
yang ada dalam pikiran kita.
Casino in New Jersey - JamBase
BalasHapusFind a job in Casino 밀양 출장마사지 in New 충청북도 출장마사지 Jersey and get hired. Learn about the best casino 부산광역 출장마사지 job 충주 출장마사지 opportunities in New Jersey. Apply to Security Officer, Senior Security 김제 출장샵 Officer,