Laman

Senin, 05 Mei 2014

Pendidikan di Korea Selatan




SEMANGAT menjadi kata kunci yang membawa kebangkitan pendidikan Korea Selatan hingga siap bersaing dengan negara lain. Mereka mulai dengan membangun infrastruktur pendidikan yang luluh lantah akibat Perang Korea, lalu membenahi kualitasnya.

Kini di seantero Korea Selatan terdapat 19.258 sekolah negeri maupun swasta, dari pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, dengan 11.951.298 pelajar. Di antaranya terdapat 218 perguruan tinggi, yang menampung 2.357.881 mahasiswa.

Secara tradisional orang Korea Selatan menekankan pentingnya pendidikan sebagai jalan untuk memuaskan diri sendiri dan juga untuk menunjukkan kemajuan sosial, dan kemajuan negaranya. Bertolak dari situ, Pemerintah Korea Selatan merumuskan tujuan pendidikan, yang dalam kalimat singkat dapat dituliskan sebagai berikut: Membangun karakter masyarakat, kemampuan hidup mandiri, menuju kemakmuran bersama berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan.

Pendidikan dilihat sebagai aspek penting bagi keberhasilan dan persaingan di sana. Di Korea ada lima mata pelajaran utama, yaitu matematika, sains, bahasa Korea, studi sosial, dan bahasa Inggris. Korea Selatan adalah negara pertama di Dunia yang memberikan akses internet berkecepatan tinggi di setiap sekolah.

Sistem Pendidikan di Korea Selatan dibagi menjadi enam tahun sekolah dasar, tiga tahun sekolah menengah pertama, tiga tahun sekolah menengah atas, dan empat tahun perguruan tinggi. Selebihnya untuk jenjang pendidikan pascasarjana. Dengan demikian, orang Korea Selatan menghabiskan paling tidak 23 tahun dari usianya dalam pendidikan formal. Untuk SD dan SMP semua biaya sekolah ditanggung oleh pemerintah selama 9 tahun. Pendidikan di sekolah dasar bersifat wajib dengan rata-rata jumlah siswa terdaftar hampir 100%. Meskipun pendidikan pra-sekolah belum menjadi pendidikan wajib, nilai penting dari pendidikan ini telah mulai disadari pada tahun-tahun terakhir ini. Pendidikan pra-sekolah dianggap penting dalam hal membantu meningkatkan rata-rata kelahiran yang rendah, memecahkan masalah polarisasi sosial, serta meningkatkan jumlah perempuan yang bekerja di luar rumah.

Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan umur. Bukan lewat pengetahuan, nilai, atau tes. cuma kalau di Korea selain dilihat dari faktor usia, faktor bulan lahir juga menentukan. Contohnya:
Kyuhyun lahir 14 Januari 1994 dan Yesung lahir 12 April 1994. Meskipun mereka seumuran, tapi Kyuhyun masuk sekolah lebih dulu daripada Yesung karena bulan lahirnya lebih awal dari awal semester I atau tahun ajaran baru. Nah, karena Yesung lahir di bulan April, dia masuk sekolah satu tahun dibawah Kyuhyun (adik kelasnya Kyuhyun) dan bergabung dengan orang-orang yang lahir antara Maret 1994 – Februari 1995.








Tahun pelajaran di bagi menjadi dua semester :

    Semester I : awal Maret – pertengahan Juli
    Liburan musim panas : pertengahan Juli – akhir Agustus
    Semester II : akhir Agustus – pertengahan Februari
    Liburan musim dingin : akhir Desember – awal Februari
    Ujian semester II dan kelulusan : awal Februari – pertengahan Februari (satu minggu)
    Liburan pendek : pertengahan Februari – awal Maret


Para siswa sekolah tinggi di Korea memiliki waktu belajar dari jam 08:00 pagi sampai 09:30 atau 10:00 malam. Bayangkan, 14 jam berada di sekolah! Tujuannya agar para siswa bisa masuk ke dalam perguruan tinggi favorit karena persaingan di sana cukup tinggi. Seakan belum cukup dengan sekolah formal, para siswa biasanya juga akan menghadiri lembaga pendidikan swasta / Hagwon (학원). Ini berarti para siswa sekolah tinggi rata-rata tidak pulang sampai tengah malam. Sedangkan bagi siswa sekolah menengah, pihak sekolah masih memberi toleransi dengan waktu belajar antara 08:00 pagi sampai 04:00 sore, dengan tambahan Hagwon sepulang sekolah.

Di Korea ada pepatah yang mengatakan, “Guru adalah hal tertinggi selayaknya Tuhan.” Masyarakat Korea menganggap guru memegang posisi yang berharga dan tinggi karena Korea menanamkan bahwa pendidikan adalah hal yang utama. Akibatnya, Korea benar-benar menjunjung tinggi para guru. Usia pensiun mereka tidak sampai 65 tahun. Senioritas di kalangan guru dilihat melalui bayaran yang tinggi dan jam mengajar yang lebih banyak.    Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun mengajar. Hal ini dilakukan agar setiap guru mendapat kesempatan yang adil untuk mengajar di berbagai sekolah yang baik atau buruk.

Presentasi Power Point, USB dsb adalah hal-hal dasar yang digunakan dalam sistem pembelajaran SD-SMA. Ruang kelas dilengkapi Komputer yang terhubung ke salah satu sistem proyektor overhead atau layar datar LCD.  Beberapa sekolah unggulan memiliki ruang praktek teknolgi blue screen untuk membuat para siswa dapat berperan dengan layak. Ruangan itu juga dilengkapi dengan berbagai alat dan media untuk membuat akting itu terlihat nyata.

Pemerintah Korea Selatan memang tidak pelit mengeluarkan dana untuk sektor pendidikan. Tahun 2004, pendidikan mendapat 16,5 persen dari total anggaran negara. Dari budget itu, pendidikan dasar mendapat porsi terbesar dibandingkan dengan pendidikan tinggi.

Di balik kisah sukses pendidikan Korea Selatan, ada keresahan yang merebak di tengah masyarakat. Akibat persaingan yang ketat, setiap siswa berjuang sekuat tenaga untuk membuktikan kemampuannya menembus perguruan tinggi idaman.

Sebagaimana lazimnya dalam masyarakat Korea Selatan, pendidikan yang bermutu merupakan ambisi tertinggi, maka orangtua rela membayar berapa pun biaya demi keberhasilan anak-anaknya dalam pendidikan. Bahkan sering kali mereka mengorbankan waktu dan uang yang banyak demi memenangi persaingan ketat itu. Sebagian besar keluarga terpaksa mengeluarkan 1/3 pendapatannya untuk membiayai les privat anak-anaknya. Akibatnya, banyak keluarga yang frustrasi jika anaknya gagal dalam pendidikan, meski sang anak pun telah merelakan sebagian besar waktunya untuk belajar.

Upaya pemerintah mengatasi masalah itu dengan membuka saluran pendidikan di jaringan televisi pendidikan milik pemerintah, Educational Broadcasting System (EBS), agaknya belum dapat sepenuhnya membendung hasrat anak untuk mengikuti les privat. EBS menayangkan siaran pendidikan dengan berbagai materi pelajaran.

Hukuman fisik masih berlaku di Korea. Sistem pendidikan di sana memang sangat ketat dan keras. Bukan hal yang tabu jika guru melakukan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan muridnya. Bahkan para orang tua tidak masalah dengan peraturan itu. Hanya saja saat ini hukuman fisik itu memiliki batasan yang lebih kuat.

Siswa-siswa di Korea yang tidak kuat terhadap tekanan pembelajaran banyak yang melakukan bunuh diri. Terkadang, hanya karena nilai mereka yang menurun atau tidak lulus dalam seleksi perguruan tinggi, mereka menganggap bahwa diri mereka telah gagal dan tidak memiliki masa depan yang pasti. Jadi mereka beranggapan kalau bunuh diri adalah solusi terbaik.

Pemerintah memahami bahwa masih panjang jalan yang harus ditempuh untuk menyempurnakan sistem pendidikan publik. Sementara tantangan semakin nyata di depan. Ada prinsip yang ditanamkan sejak kecil kepada orang-orang Korea Selatan agar selalu berada selangkah di depan.

"Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus bangun. Ketika orang lain bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain berjalan, kamu harus berlari. Dan ketika orang lain berlari, kamu harus terbang."

Tidak ada komentar:

Posting Komentar