SEMANGAT
menjadi kata kunci yang membawa kebangkitan pendidikan Korea Selatan hingga
siap bersaing dengan negara lain. Mereka mulai dengan membangun infrastruktur
pendidikan yang luluh lantah akibat Perang Korea, lalu membenahi
kualitasnya.
Kini
di seantero Korea Selatan terdapat 19.258 sekolah negeri maupun swasta, dari
pendidikan dasar hingga pendidikan tinggi, dengan 11.951.298 pelajar. Di
antaranya terdapat 218 perguruan tinggi, yang menampung 2.357.881 mahasiswa.
Secara
tradisional orang Korea Selatan menekankan pentingnya pendidikan sebagai jalan
untuk memuaskan diri sendiri dan juga untuk menunjukkan kemajuan sosial, dan
kemajuan negaranya. Bertolak dari situ, Pemerintah Korea Selatan merumuskan
tujuan pendidikan, yang dalam kalimat singkat dapat dituliskan sebagai berikut:
Membangun karakter masyarakat, kemampuan hidup mandiri, menuju kemakmuran
bersama berlandaskan nilai-nilai kemanusiaan.
Pendidikan dilihat sebagai aspek penting bagi
keberhasilan dan persaingan di sana. Di Korea ada lima mata pelajaran utama,
yaitu matematika, sains, bahasa Korea, studi sosial, dan bahasa Inggris. Korea
Selatan adalah negara pertama di Dunia yang memberikan akses internet
berkecepatan tinggi di setiap sekolah.
Sistem Pendidikan di Korea Selatan dibagi menjadi enam
tahun sekolah dasar, tiga tahun sekolah menengah pertama, tiga tahun sekolah
menengah atas, dan empat tahun perguruan tinggi. Selebihnya untuk jenjang
pendidikan pascasarjana. Dengan demikian, orang Korea Selatan menghabiskan
paling tidak 23 tahun dari usianya dalam pendidikan formal. Untuk SD dan SMP semua biaya sekolah ditanggung oleh
pemerintah selama 9 tahun. Pendidikan di sekolah dasar bersifat wajib dengan
rata-rata jumlah siswa terdaftar hampir 100%. Meskipun pendidikan pra-sekolah belum menjadi
pendidikan wajib, nilai penting dari pendidikan ini telah mulai disadari pada
tahun-tahun terakhir ini. Pendidikan pra-sekolah dianggap penting dalam hal
membantu meningkatkan rata-rata kelahiran yang rendah, memecahkan masalah
polarisasi sosial, serta meningkatkan jumlah perempuan yang bekerja di luar
rumah.
Sistem pendidikan di Korea Selatan menggunakan umur.
Bukan lewat pengetahuan, nilai, atau tes. cuma kalau di Korea selain dilihat
dari faktor usia, faktor bulan lahir juga menentukan. Contohnya:
Kyuhyun lahir 14 Januari 1994 dan Yesung lahir 12
April 1994. Meskipun mereka seumuran, tapi Kyuhyun masuk sekolah lebih dulu
daripada Yesung karena bulan lahirnya lebih awal dari awal semester I atau
tahun ajaran baru. Nah, karena Yesung lahir di bulan April, dia masuk sekolah
satu tahun dibawah Kyuhyun (adik kelasnya Kyuhyun) dan bergabung dengan
orang-orang yang lahir antara Maret 1994 – Februari 1995.
Tahun pelajaran di bagi menjadi dua semester :
Semester I :
awal Maret – pertengahan Juli
Liburan musim panas : pertengahan Juli –
akhir Agustus
Semester II
: akhir Agustus – pertengahan Februari
Liburan
musim dingin : akhir Desember – awal Februari
Ujian
semester II dan kelulusan : awal Februari – pertengahan Februari (satu minggu)
Liburan
pendek : pertengahan Februari – awal Maret
Para siswa sekolah tinggi di Korea memiliki waktu
belajar dari jam 08:00 pagi sampai 09:30 atau 10:00 malam. Bayangkan, 14 jam
berada di sekolah! Tujuannya agar para siswa bisa masuk ke dalam perguruan
tinggi favorit karena persaingan di sana cukup tinggi. Seakan belum cukup
dengan sekolah formal, para siswa biasanya juga akan menghadiri lembaga
pendidikan swasta / Hagwon (학원). Ini
berarti para siswa sekolah tinggi rata-rata tidak pulang sampai tengah malam.
Sedangkan bagi siswa sekolah menengah, pihak sekolah masih memberi toleransi
dengan waktu belajar antara 08:00 pagi sampai 04:00 sore, dengan tambahan
Hagwon sepulang sekolah.
Di Korea ada pepatah yang mengatakan, “Guru adalah hal
tertinggi selayaknya Tuhan.” Masyarakat Korea menganggap guru memegang posisi
yang berharga dan tinggi karena Korea menanamkan bahwa pendidikan adalah hal
yang utama. Akibatnya, Korea benar-benar menjunjung tinggi para guru. Usia
pensiun mereka tidak sampai 65 tahun. Senioritas di kalangan guru dilihat
melalui bayaran yang tinggi dan jam mengajar yang lebih banyak. Ada rotasi mutasi guru setelah lima tahun
mengajar. Hal ini dilakukan agar setiap guru mendapat kesempatan yang adil
untuk mengajar di berbagai sekolah yang baik atau buruk.
Presentasi Power Point, USB dsb adalah hal-hal dasar
yang digunakan dalam sistem pembelajaran SD-SMA. Ruang kelas dilengkapi
Komputer yang terhubung ke salah satu sistem proyektor overhead atau layar
datar LCD. Beberapa sekolah unggulan
memiliki ruang praktek teknolgi blue screen untuk membuat para siswa dapat
berperan dengan layak. Ruangan itu juga dilengkapi dengan berbagai alat dan
media untuk membuat akting itu terlihat nyata.
Pemerintah Korea Selatan memang tidak pelit mengeluarkan
dana untuk sektor pendidikan. Tahun 2004, pendidikan mendapat 16,5 persen dari
total anggaran negara. Dari budget itu, pendidikan dasar mendapat porsi
terbesar dibandingkan dengan pendidikan tinggi.
Di balik kisah sukses pendidikan Korea Selatan, ada keresahan
yang merebak di tengah masyarakat. Akibat persaingan yang ketat, setiap siswa
berjuang sekuat tenaga untuk membuktikan kemampuannya menembus perguruan tinggi
idaman.
Sebagaimana lazimnya dalam masyarakat Korea Selatan,
pendidikan yang bermutu merupakan ambisi tertinggi, maka orangtua rela membayar
berapa pun biaya demi keberhasilan anak-anaknya dalam pendidikan. Bahkan sering
kali mereka mengorbankan waktu dan uang yang banyak demi memenangi persaingan
ketat itu. Sebagian besar keluarga terpaksa mengeluarkan 1/3 pendapatannya
untuk membiayai les privat anak-anaknya. Akibatnya, banyak keluarga yang
frustrasi jika anaknya gagal dalam pendidikan, meski sang anak pun telah
merelakan sebagian besar waktunya untuk belajar.
Upaya pemerintah mengatasi masalah itu dengan membuka
saluran pendidikan di jaringan televisi pendidikan milik pemerintah,
Educational Broadcasting System (EBS), agaknya belum dapat sepenuhnya
membendung hasrat anak untuk mengikuti les privat. EBS menayangkan siaran
pendidikan dengan berbagai materi pelajaran.
Hukuman fisik masih berlaku di Korea. Sistem
pendidikan di sana memang sangat ketat dan keras. Bukan hal yang tabu jika guru
melakukan kekerasan fisik untuk mendisiplinkan muridnya. Bahkan para orang tua
tidak masalah dengan peraturan itu. Hanya saja saat ini hukuman fisik itu
memiliki batasan yang lebih kuat.
Siswa-siswa di Korea yang tidak kuat terhadap tekanan
pembelajaran banyak yang melakukan bunuh diri. Terkadang, hanya karena nilai
mereka yang menurun atau tidak lulus dalam seleksi perguruan tinggi, mereka
menganggap bahwa diri mereka telah gagal dan tidak memiliki masa depan yang
pasti. Jadi mereka beranggapan kalau bunuh diri adalah solusi terbaik.
Pemerintah memahami bahwa masih panjang jalan yang
harus ditempuh untuk menyempurnakan sistem pendidikan publik. Sementara
tantangan semakin nyata di depan. Ada prinsip yang ditanamkan sejak kecil
kepada orang-orang Korea Selatan agar selalu berada selangkah di depan.
"Ketika orang lain sedang tidur, kamu harus
bangun. Ketika orang lain bangun, kamu harus berjalan. Ketika orang lain
berjalan, kamu harus berlari. Dan ketika orang lain berlari, kamu harus
terbang."